Selasa, 18 Maret 2014

“ESSAY" Beragam Persoalan yang terdapat dalam Karya Sastra di Indonesia





Pendahuluan
   Dalam suatu kehidupan pasti muncul beragam persoalan. Tidak ada dalam proses kehidupan semuanya akan tenang dan nyaman-nyaman saja. Justru, persoalan-persoalan itu lah yang menjadi bumbu-bumbu manusia menuju puncak penyelesaian, mengajarkan kedewasaan, dan membentuk manusia yang tahan banting terhadap beragam persoalan itu.
   Itu pula yang terjadi dalam karya sastra di Indonesia, setiap pengarang memunculkan konflik dan beragam persoalan dalam karyanya. Tidak heran jika  persoalan-persoalan itu membuat masyarakat atau pembaca  megikuti alur demi alur, karena pada dasarnya persoalan-persoalan yang diangkat oleh pengarangya itu berasal dari persoalan masyarakat. Mungkin kita sebagai pembaca maupuan penikmat dari karya sastra bisa merasakan persoalan yang diangkat itu adalah sebuah realitas.
   Lalu, apakah akibat dari persoalan itu? Pada dasarnya kita sebagai pembaca lah yang mampu menilainya. Dari segi mana kita memandang persoalan itu dan bagaimana kita harus menyikapinya. Terkadang ada yang pro dengan pengarang, ada juga yang kontra lalu mereka memberontak dan melakukan sebuah kritik terhadap persoalan yang ada dalam karya sastra itu.
Disinilah saya akan mengupas persoalan-persoalan dalam karya sastra di Indonesia yang dimunculkan oleh sastrawan Indonesia.
Isi
Bahwa karya sastra adalah dokumen sosial, ini lah yang harus di garis bawahi. Pendapat itu sesuai dengan pikiran Marx dan Engels  (Siswanto,2008:7), yang menyatakan bahwa sastra merupakan cermin masyarakat dengan berbagai cara. Lantas, apa persoalannya di sini?
Persoalannya adalah bahwa dokumen sosial  itu berisikan beragam persoalan masyarakat yang di adopsi dalam karya. Lalu, apa saja persoalan-persoalan yang di tampilkan oleh sastrawan-sastrawan dengan karyanya itu? Dan persoalan apa yang lebih dominan ditonjolkan dalam karya sastra di Indonesia?
Pertama, persoalan pendidikan dan mimpi. Persoalan pendidikan sering muncul dalam kehidupan masyarakat yang berada di daerah tertinggal. Salah satu pengarang yang mengangkat persolan ini adalah Andrea Hirata, dengan karyanya  novel sang pemimpi. Novel itu merupakan novel kedua dari tetraloginya, yaitu (1) laskar pelangi, (2) sang pemimpi, (3) edensor, dan (4) Maryaman karpov. Isi dari karyanya ini berupa pengalaman hidupnya. Apa yang diceritakan Andrea Hirata di dalam karyanya tidak bisa lepas dari lingkungan dan latar belakang hidupnya. Ia lahir di Belitong. Yang diceritakan dalam karyanya tidak bisa dilepaskan dari kisah-kisah hidupnya saat kecil bersama orang tuanya, saudaranya, teman-temannya atau orang-orang yang dikenalnya di SD, SMP, SMA, serta petualanagannya. Apa yang diceritakannya tidak bisa dilepaskan dari alam Belitong.
Kedua, persoalan gender. Banyak karya dari sastrawan kita mengupas tentang gender. Yang lebih ditonjolkan dalam persoalan ini adalah dominasi kaum laki-laki terhadap perempuan serta kedudukannya, juga persoalan-persoalan perempuan dalam karya, berhubungan dengan persoalan perempuan ini, pakar teori sastra telah menempatkan persoalan pada tempatnya. Ada wadah tersendiri untuk mambahas tentang persolan perempuan, yaitu dengan teori Feminisme.
Namun, di sini saya akan sedikit memberikan gambaran atau contoh yang berhubungan dengan persoalan gender dalam karya. Karya-karya Nh.Dini, misalnya lebih banyak bercerita dan menyuarakan perempuan, seperti Dua Suara Wanita Indonesia (Pada Sebuah Kapal, Hati yang Damai, La Barka), Wanita Belanda (Keberangkatan), atau Wanita Jepang (Namaku Hiroko). Demikian juga dengan novelis wanita lainnya, seperti Th.Sri Srahayu Prihatmi  dan Titis Basino, yang juga bercerita tentang wanita. Pada masa 2000-an, pengarang seperti Djenar Maesa Ayu, Ayu Utami, dan Dewi Lestari juga menyuarakan suara perempuan. Mereka tidak hanya menggambarkan perempuan, tetapi juga sering memprotes atas kedudukan dan peran wanita.
Tampaknya persoalan gender lebih terwarnai oleh manusia yang berjenis kelamin perempuan, atau memang sudah seperti itu pada awalnya. Dalam tulisan S.R.H. Sitanggung “Wanita dan Tradisi Suatu Kajian Tiga Cerkan Mesir--Aljazair--Uganda” mengupas tiga karya sastra yang menggambarkan bahwa wanita itu adalah sosok yang lemah, bodoh, dan hanya bisa menjual apa yang ada pada dirinya.
Persoalan yang terakhir adalah persoalan cinta. Cinta adalah warna dalam pokok persoalan kehidupan, rasanya hambar ketika tidak ada cinta yang berlabuh di kehidupan ini. Macam persoalan cinta hadir di sini, mulai dari cinta manusia kepada Tuhan, manusia kepada manusia, dan manusia kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Namun, yang lebih dominan menonjol dalam karya adalah persoalan cinta kepada sesama manusia dan lebih spesifik cinta kepada lawan jenis. Banyak karya sastra dengan tema persoalan cinta bertebaran di pasaran.  Bahkan karya yang pada dasarnya  mengangkat tema perjuangan, agama, dan lain sebagainya pun ikut terwarnai oleh persoalan cinta.
Misalnya karya Mochtar Lubis “Jalan Tak Ada Ujung”, awal persoalannya bukanlah tentang persoalan cinta tetapi persoalan tentang perjuangan tempo dulu dan penjajahan tentara NICA yang menimbulkan ketakutan yang mendalam pada tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh Mochtar, lalu dalam karyanya itu Mochtar memberikan warna dengan persoalan penghianatan cinta, cinta segi tiga antar tokoh-tokohnya. Tokoh utama Guru Isa yang digambarkan sangat pengecut dan menderita penyakit impotent yang tidak bisa melakukan hubungan seksual dengan istrinya, Fatimah. Lalu muncul tokoh Hazil sebagai sahabat Guru Isa yang pada akhirnya terlibat cinta dengan istri dari sahabatnya sendiri.
Persoalan cinta cukup kompleks dan sangat panjang untuk di bicarakan. Pada hakikatnya persoalan cinta adalah salah satu persoalan dalam karya sastra yang juga merupakan dokumentasi sosial dari realitas kehidupan masyarakat.


Kesimpulan
Pokok persoalan yang terdapat dalam karya sastra di Indonesia lebih menonjolkan pada persoalan pendidikan, cita-cita, gender atau jenis kelamin, dan cinta. Semua persoalan yang diangkat dalam karya sastra adalah dokumentasi sosial dari persoalan masyarakatnya.

Daftar Kepustakaan
Mahayana,Maman S.2005.Sembilan Jawaban Sastra Indonesia “Sebuah Orientasi Kritik”. Jakarta: Bening.
Siswanto,Wahyudi.2008.Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Trisman,dkk.2002.Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Bahasa.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar