Selasa, 18 Maret 2014

Muslimah dan Fitrahnya sebagai Perempuan




Banyak yang mengatakan bahwa wanita adalah tempat persinggahan kaum pria. Yang dijadikan objek untuk bersenang-senang dan pelampiasan hasrat semata. Ada yang mengatakan bahwa wanita itu sangat pemalu sekali, sangking pemalunya ia mampu meluluhkan jutaan kaum pria.
Menurut filsafat Marxisme, perempuan adalah milik kaum laki-laki. Perempuan dibebani untuk bekerja membanting tulang seperti selayaknya laki-laki sehingga kaum perempuan tidak bisa melakukan tugas sebagai istri, ibu bagi anak-anaknya, dan menjaga rumah tangga dari kehancuran. Filsafat Barat Amerika, menganggap perempuan harus melepaskan tugas keperempuanannya sehingga tidak ubahnya mereka sebagai barang dagangan seperti mobil, kulkas, dan televisi. Gambar mereka terpajang di sampul-sampul majalah tabloid bahkan foto-foto bugil mereka dengan sangat mudah dilihat lewat internet maupun media yang lain. [1]
Yang menjadi pertanyaan adalah  apa hubungan antara wanita dengan iklan mobil,kulkas, televisi, dan iklan –iklan yang lainnya yang menampilkan wanita disana? Jika kita seorang muslimah yang baik tentunya kita mampu menjawab pertanyaan besar itu.
Lalu, Bettany seorang pastur, dalam bukunya Agama-Agama Dunia menuturkan bahwa, “ karakter perempuan tidak terukur dalamnya, bagai ikan yang berlatih dalam air, dan menurut tabiatnya mereka selalu menggoda siapa saja yang dijumpainya. Selalu berdusta dengan siapa serta selalu memutarbalikkan kebenaran dan berkata kebonhongan.” [2]
Pastur St. John Chrysston dalam Cahyadi Takariawan, berpendapat, “perempuan adalah makhluk yang paling jahat, patut mendapat kesengsaraan, dia benar-benar penggoda dan menambah penyakit”. Sedangkan Pastur St.Clement dari Aleksandria, “Tidak ada satu pun yang dapat mendatangkan aib bagi laki-laki, walau dengan berbagai alasan, kecuali banyak dilakukan oleh perempuan”.
Paham tentang wanita sebagai orang lemah lembut, permata, bunga, dan sebaliknya pria sebagai orang yang cerdas, aktif dan sebagainya, selalu mewarnai kehidupan. Sampai sekarang, paham yang sulit dihilangkan adalah terjadinya hegemoni pria terhadap wanita. Bahkan, perempuan dijadikan  obyek citraan yang manis, citraan yang diselubungi derap seksual , dan perempuan adalah figur yang patut diperebutkan oleh laki-laki, terutama karena kecantikan dan kebolehannya. Pint pentingnya adalah perempuan harus setia kepada laki-laki (Endraswara, 2003:143-144).
Dengan begitu banyak statement di atas, apakah kita setuju bila sosok perempuan digambarkan dengan statement kenegatifan? Tentu tidak, bukan?
Disinilah islam hadir memberikan embun penyejuk bagi wanita, membersihkan segala perserpsi negatif tentang wanita. Islam pulalah yang mengangkat derajat wanita menjadi teragung, dan dengan begitu detailnya islam menjabarkan bagaimana  fitrah seorang  perempuan muslimah yang sesungguhnya.

Muslimah dan Fitrahnya sebagai perempuan. Apa yang terfikir oleh kita? Sebuah kewajiban, tantangan atau apa?
Tidak, semua ini adalah fitrah. Fitrah yang diberikan Allah kepada makhluk yang bernama wanita yang notabenenya adalah muslimah. Lalu, pertanyaan kita  adalah bagaimana islam memberikan gambaran tentang peran  kita sebagai seorang perempuan muslimah?
Islam mempunyai tujuan kenapa sosok perempuan dihadirkan di muka bumi ini. Allah mempunyai skenario yang telah selesai digarap tentang kehadiran perempuan muslimah ini. Dan semua makhluk yang diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini memiliki peranananya masing-masing. Begitupun dengan sorang muslimah. Nah, inilah peranan muslimah yang sesungguhnya:
Sebagai hamba Allah. Seorang muslimah adalah hamba Allah itu pasti. Lalu apa tugas kita disini? Tugas kita sebagai muslimah adalah berbuat kebajikan. Allah telah menjelaskan begitu detail dalam al-quran surat An-nahl:97.
Muslimah adalah seorang anak. Muslimah adalah hasil dari rahim yang begitu kuat menampung selama sembilan bulan. Apa yang bisa kita berikan sebagi seorang muslimah kepada pemilik rahim yang begitu kuat menampung kita sembilan bulan? Hanya berbakti dan mencoba untuk membahagiakan pemilik sang rahim itu dan juga kepada penjaga sang pemilik rahim, itulah yang bisa kita lakukan. Allah telah begitu detail merangkan dalam kalamnya.
Sejatinya seorang adam diturunkan dimuka bumi ini tidak lah sendiri, ada hawa yang menyertainya. Dalam dekapan cinta Allah mereka dipertemukan. Begitupun seorang muslimah, ia hadir di muka bumi untuk dipersiapkan menjadi seorang istri.
“Di balik keberhasilan pembesar, ada wanita hebat”.
Setelah menjadi seorang istri, tentu ia akan menjadi ibu. Ibu bagi anak-anaknya. Disinilah seorang muslimah begitu penting, memiliki tanggungjawab yang luar biasa bagi anak-anaknya.
“Seorang Pemyair bahkan mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah. Apabila kamu siapkan dengan baik. Berarti kamu menyiapkan satu bangsa yang harum namanya.”
Peranan seorang muslimah bukan hanya berkutat pada anak-anak, dapur, dan suami. Tetapi ia mempunyai amanah di luar rumah. Bagaimana seorang muslimah berinteraksi dengan tetangga dan anggota masyarakatnya. Seorang muslimah tidak boleh menutup diri dari anggota masyarakat, karena pada hakikatnya muslimah  adalah bagian dari masyarakatnya itu sendiri.
Cukup singkat, penjabaran tentang peranan muslimah dan fitrahnya sebagai perempuan. Tetapi, yang harus diingat adalah dari yang singkat itu ada sebuah amanah yang cukup besar untuk kita emban sebagai seorang muslimah.
Menyesalkah kita, yang terlahir sebagi seorang wanita muslimah? Oh, jangan. Jangan pernah menyesal. Kita punya kedudukan spesial di mata Allah. al-quran saja memberikan pembahasan yang khusus tentang wanita muslimah. Haruskah kita minder?
Jadi, kesimpulannya fitrah seorang muslimah adalah sebagai hamba Allah, sebagai seorang anak, sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota masyarakat. Jangan pernah menyesal menjadi seorang muslimah. Jalani fitrah kita dan tetap semangat.

Referensi
Endraswara, Suwardi.2003.Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta:Pustaka Widyatama.
2011.Keakhwatan  “Bersama Tarbiyah Ukhti Muslimah Tunaikan Amanah”.Surakarta:Era Adicitra Intermedia.




[1] Cahyadi Takariawan,dkk,Keakhwatan” Bersama Tarbiyah Ukhti Muslimah Tunaikan Amanah”,Surakarta,2011,hlm.20.
[2] Ibid,hlm 20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar